
BRAVO13.ID, Samarinda – Di tengah deru pembangunan kota, masih ada warga Samarinda yang harus merogoh kocek lebih dalam hanya untuk sekadar menampung air bersih. Di Kecamatan Palaran dan Loa Janan Ilir—wilayah terluas di Kota Tepian—air bersih bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan dasar yang sulit didapatkan.
Keluhan itu terus bergema ke meja DPRD Samarinda, seperti yang disampaikan Anggota Komisi III, Elnatan Pasambe. Ia menyoroti masalah krusial: terbatasnya jaringan pipa sekunder milik PDAM yang belum mampu menjangkau seluruh kawasan.
“Masalah utamanya bukan ketersediaan air, tapi distribusinya. Banyak rumah tangga hanya bisa mendapatkan air jika berada dalam radius 100 meter dari jaringan pipa sekunder. Di luar itu? Harus cari cara sendiri, bahkan mengandalkan penyedia swasta dengan harga lebih mahal,” jelas Elnatan.
Dampaknya terasa nyata. Warga di beberapa kelurahan di Palaran dan Loa Janan Ilir terpaksa menggunakan air dari tandon keliling atau sumur, yang tak selalu layak. Belum lagi beban biaya yang terus membengkak untuk memenuhi kebutuhan air harian.
Menurut Elnatan, pemerataan akses air bersih adalah pekerjaan rumah besar bagi pemerintah kota. Ia mendesak Pemkot Samarinda untuk segera menyusun langkah konkret demi memperluas jaringan distribusi air, termasuk memperhatikan alokasi anggaran yang selama ini jadi hambatan utama.
“Kami di DPRD terus menerima keluhan. Maka kami dorong agar perencanaan pembangunan jaringan pipa sekunder ini jadi prioritas. Jangan sampai warga terus-menerus dirugikan,” tegasnya.
Sebagai wakil rakyat, Elnatan memastikan pihaknya siap mengawal program perluasan jaringan air bersih yang tengah dicanangkan Wali Kota. Bahkan, ia berencana mendorong keterlibatan pemerintah pusat dan sektor swasta untuk mempercepat pembangunan infrastruktur air.
“Ini bukan hanya soal proyek, ini soal keadilan layanan dasar. Kami akan kawal dan pastikan distribusi air bersih merata hingga ke pinggiran kota,” pungkas Elnatan.
Di kota yang terus tumbuh, akses terhadap air bersih seharusnya bukan menjadi perjuangan sunyi. Bagi warga Palaran dan Loa Janan Ilir, harapan itu masih terus mengalir—menyusuri pipa yang belum sampai ke rumah mereka. (adv)