
BRAVO13.ID, Samarinda – Rini (35) hanya bisa menatap nanar ke arah anaknya yang tengah mengerjakan tugas sekolah dengan kertas lusuh dan pensil hampir habis terpakai. Sebagai buruh cuci dengan penghasilan tak menentu, ia kerap merasa khawatir apakah masa depan anaknya akan lebih baik dari dirinya. Rini adalah satu dari ratusan warga Samarinda yang masih hidup dalam kemiskinan ekstrem, sebuah realitas pahit yang hingga kini masih menghantui kota ini.
Berdasarkan data terbaru, sebanyak 299 keluarga atau sekitar 1.502 jiwa di Samarinda masih berada dalam kategori kemiskinan ekstrem pada tahun 2024. Angka ini memang tergolong kecil dalam persentase—hanya 0,17 persen—tetapi bagi mereka yang mengalaminya, ini bukan sekadar angka, melainkan kenyataan sehari-hari yang berat.
Menanggapi kondisi ini, Anggota DPRD Samarinda, Iswandi, menegaskan bahwa pendidikan adalah solusi paling efektif untuk memutus rantai kemiskinan. Menurutnya, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) harus menjadi prioritas utama pemerintah dalam upaya mengentaskan kemiskinan ekstrem.
"Pendidikan adalah jalan utama untuk menciptakan peluang hidup yang lebih baik. Dengan pendidikan, masyarakat memiliki kesempatan untuk memperbaiki nasib dan meningkatkan kualitas hidup mereka," ujar Iswandi, Senin (10/3/2025).
Ia menekankan bahwa tanpa pendidikan yang berkualitas, sulit bagi masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan untuk keluar dari keterbatasan ekonomi. Pendidikan bukan hanya soal mendapatkan ijazah, tetapi tentang memberikan keterampilan dan wawasan yang bisa membuka pintu kesempatan.
Namun, Iswandi juga mengingatkan bahwa semua upaya ini akan sia-sia jika anggaran pendidikan tidak diprioritaskan. Ia dengan tegas menolak wacana pemotongan anggaran pendidikan, karena hal itu akan semakin memperburuk kondisi masyarakat miskin yang sudah kesulitan mendapatkan akses pendidikan layak.
"Potongan anggaran untuk sektor pendidikan harus dihentikan. Pemerintah harus menjadikan sektor ini sebagai prioritas utama," tegasnya.
Lebih jauh, ia mendorong agar anggaran yang ada tidak hanya dialokasikan secara cukup, tetapi juga dikelola dengan lebih efisien. Program beasiswa, perbaikan infrastruktur sekolah, hingga peningkatan kualitas tenaga pengajar harus menjadi fokus utama dalam kebijakan pendidikan ke depan.
Iswandi berharap, dengan kebijakan yang tepat dan dukungan anggaran yang stabil, generasi muda Samarinda tidak lagi terjebak dalam lingkaran kemiskinan ekstrem seperti yang dialami oleh keluarga-keluarga seperti Rini. Bagi mereka, pendidikan bukan sekadar angka dalam kebijakan pemerintah—melainkan satu-satunya harapan untuk kehidupan yang lebih baik. (adv)