BRAVO13.ID, Malang - Sawah-sawah di Mahakam Ulu menghadapi tantangan besar. Harga pupuk kimia terus meroket, sementara tanah semakin kehilangan kesuburannya akibat penggunaan bahan sintetis yang berkepanjangan. Di tengah dilema ini, petani semakin sulit bertahan. Ketergantungan pada pupuk impor menjadikan mereka rentan terhadap fluktuasi harga dan ketersediaan barang.
Menyadari ancaman tersebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mahulu mulai mencari jalan keluar yang lebih berkelanjutan: membangun sistem pertanian berbasis organik. Langkah konkret telah diambil dengan menjajaki kerja sama bersama Pusat Kajian Pertanian Organik Terpadu di Malang pada Jumat (21/2/2025).
Sekretaris Daerah (Sekda) Mahulu, Dr. Stephanus Madang, S.Sos., M.M., menegaskan bahwa pertanian organik bukan sekadar mengganti pupuk kimia dengan pupuk alami, tetapi membangun ekosistem yang saling menopang. Limbah peternakan, seperti kotoran sapi, kambing, dan ayam, bisa diolah menjadi pupuk organik berkualitas tinggi. Dengan begitu, petani tidak hanya mengurangi biaya produksi, tetapi juga mengembalikan kesuburan tanah yang telah lama terkikis.
“Kami ingin memperkenalkan sistem pertanian zero waste, di mana tidak ada limbah yang terbuang percuma. Kotoran ternak diolah menjadi pupuk organik, sementara sisa panen dapat dimanfaatkan kembali untuk pakan ternak. Ini menciptakan siklus pertanian yang lebih efisien dan ramah lingkungan,” ujar Stephanus.
Pendekatan ini bukan hanya solusi bagi kelangkaan pupuk kimia, tetapi juga strategi untuk meningkatkan hasil panen tanpa merusak ekosistem. Model ini telah sukses diterapkan di berbagai daerah lain di Indonesia, dan Mahulu bertekad untuk mengikuti jejak tersebut.
Pemkab Mahulu berharap model pertanian berkelanjutan ini bisa segera diterapkan secara luas. Jika berhasil, ini bukan sekadar perubahan teknis dalam cara bertani, melainkan sebuah revolusi dalam cara masyarakat Mahulu memandang ketahanan pangan. Dengan tanah yang lebih sehat dan biaya produksi yang lebih rendah, generasi mendatang bisa menikmati hasil pertanian yang lebih lestari, bebas dari ketergantungan pada bahan kimia impor. Ini bukan hanya soal bertani, tapi juga menjaga warisan bumi untuk anak cucu kelak. (adv)