BRAVO13.ID, Ujoh Bilang - Di ujung perbatasan Kalimantan Timur, di tengah rimbunnya hutan Mahakam Ulu, sebuah gereja berdiri megah. Gereja Santo Bonifasius, dengan dinding kokohnya dan menara yang menjulang, menjadi simbol harapan bagi jemaat setempat. Namun, di balik kemegahannya, gereja ini masih menghadapi tantangan besar: keterbatasan infrastruktur yang mengancam fungsionalitasnya.
Pembangunan gereja ini telah melalui jalan panjang. Tahap pertama berhasil diselesaikan pada 31 Desember 2024, dengan berdirinya gedung utama. Namun, itu baru separuh perjalanan. Tahap kedua, yang mencakup pemasangan GRC pada menara, atap bagian depan, canopy teras, rumah genset, toilet luar, serta pembangunan Ground Water Tank (GWT) untuk suplai air bersih, masih tertahan di proses tender.
Di antara semua tantangan, masalah listrik menjadi yang paling krusial. Saat ini, gereja hanya mendapatkan pasokan daya sebesar 23.000 Kva, jauh dari kebutuhan ideal yang mencapai 200.000 Kva. Tanpa listrik yang memadai, sistem pencahayaan, pendingin udara, dan fasilitas pendukung lainnya tak bisa berfungsi dengan baik. Pemkab Mahulu telah bersurat ke PLN, mengupayakan penambahan daya agar gereja bisa beroperasi secara maksimal.
"Selain infrastruktur bangunan, fasilitas pendukung seperti listrik juga menjadi perhatian kami. Ini tantangan yang harus segera diselesaikan agar gereja bisa benar-benar dimanfaatkan secara optimal," ujar Bonifasius, salah satu tokoh jemaat.
Gereja Santo Bonifasius telah menjadi simbol perjuangan umat di Mahakam Ulu—mereka yang dengan segala keterbatasan tetap berusaha membangun tempat ibadah yang layak. Namun, perjuangan ini belum selesai. Sinergi dari berbagai pihak, baik pemerintah, PLN, maupun komunitas gereja, masih sangat dibutuhkan agar gereja ini benar-benar menjadi rumah spiritual yang sempurna bagi jemaatnya. Karena lebih dari sekadar bangunan megah, gereja ini adalah lambang keteguhan iman yang tak boleh padam. (adv)