Bravo 13
Pemkab Mahulu Dukung Pelestarian Pare Maring di Kampung Ujoh BilangDi balai adat yang penuh ukiran khas Dayak, suara gong menggema—bukan sekadar ritual, tapi simbol perjuangan menjaga tradisi di Ujoh Bilang.
Oleh Handoko2025-02-25 19:31:00
Pemkab Mahulu Dukung Pelestarian Pare Maring di Kampung Ujoh Bilang
Sekretaris Daerah Mahulu, Dr. Stephanus Madang (tengah), bersama Wakil Ketua DPRD Mahulu, Nor Lili Bulan (kiri), dan jajaran Forkopimda menghadiri Syukuran Pare Maring di Balai Adat Kampung Ujoh Bilang, Minggu (16/2/2025). (Foto: Pemkab Mahulu)

BRAVO13.ID, Ujoh Bilang - Di tengah kemajuan zaman yang terus menggerus batas antara tradisi dan modernitas, masyarakat Kampung Ujoh Bilang tak ingin kehilangan akar budaya mereka. Di sebuah balai adat yang penuh ukiran khas Dayak, Pare Maring—ritual syukur atas panen—tak sekadar digelar, tetapi diperjuangkan agar tetap hidup.

Minggu (16/2/2025), balai adat itu menjadi saksi bagaimana warisan leluhur dijaga dengan sepenuh hati. Para tetua adat duduk bersisian dengan pejabat pemerintahan, tokoh masyarakat, dan warga yang datang berbondong-bondong. Bagi mereka, Pare Maring bukan hanya tentang syukur atas hasil bumi, tetapi juga tentang identitas yang terus bertahan dari generasi ke generasi.

Sekretaris Daerah Mahakam Ulu, Dr. Stephanus Madang, yang hadir mewakili Bupati Mahulu, Dr. Bonifasius Belawan Geh, menegaskan pentingnya dukungan kolektif dalam menjaga tradisi ini.

"Saya ingin menyampaikan apresiasi kepada seluruh masyarakat Kampung Ujoh Bilang yang terus mempertahankan adat ini dengan penuh semangat. Tradisi bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga bagian dari masa depan kita," ujarnya di hadapan hadirin.

Selain Sekda, hadir pula Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Drg. Agustinus Teguh Santoso, Wakil Ketua DPRD Nor Lili Bulan, perwakilan Polres Mahulu, Danramil Long Bagun, serta para petinggi adat dan camat setempat.

Namun, menjaga tradisi di era modern bukanlah perkara mudah. Globalisasi, pergeseran pola hidup, dan tantangan regenerasi membuat banyak adat tergerus waktu. Sekda mengingatkan bahwa kelestarian budaya bukan hanya tanggung jawab masyarakat adat, tetapi membutuhkan sinergi semua pihak.

"Kita semua harus berperan dalam menjaga warisan budaya ini agar tetap relevan dan tidak hilang di telan perubahan zaman," tegasnya.

Ketika ritual mencapai puncaknya, suara gong menggema di dalam balai adat. Bukan sekadar tanda berakhirnya acara, tetapi simbol bahwa tradisi ini masih bertahan—meski arus zaman terus berubah, Pare Maring tetap menjadi nyawa yang menghubungkan generasi tua dan muda dalam satu ikatan yang tak terputus. (adv)

Dapatkan informasi dan insight pilihan bravo13.id

Berita Terkait