BRAVO13.ID, Ujoh Bilang - Langit senja memancarkan warna keemasan di atas Kampung Ujoh Bilang, Mahakam Ulu. Di tengah hamparan rumah panggung, suara tetabuhan mulai menggema, menandai dimulainya Syukuran Pare Maring. Warga berkumpul, mengenakan busana tradisional, membawa persembahan hasil bumi, sementara para penari berlenggak-lenggok mengikuti irama musik khas Dayak. Tradisi ini bukan sekadar seremoni adat, tetapi cerminan dari kearifan lokal yang masih bertahan di tengah gempuran modernitas.
Namun, pertanyaan yang muncul: bisakah kekayaan budaya ini menjadikan Mahakam Ulu sebagai destinasi wisata unggulan? Dengan alam yang eksotis, kearifan lokal yang masih kuat, serta tradisi unik seperti Pare Maring, Mahulu seolah memiliki segala yang dibutuhkan untuk menarik wisatawan. Tetapi, apakah itu cukup?
Dalam perayaan Pare Maring yang berlangsung pada Minggu (16/2/2025), Sekretaris Daerah Mahulu, Dr. Stephanus Madang, menegaskan bahwa tradisi ini menyimpan potensi besar dalam pengembangan pariwisata berbasis budaya.
“Kegiatan adat ini bukan hanya sekadar pelestarian budaya, tetapi juga peluang besar untuk memperkuat identitas lokal sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui sektor pariwisata,” ujarnya.
Tren wisata dunia saat ini bergerak ke arah pengalaman otentik. Wisatawan tak lagi sekadar mencari pemandangan indah, tetapi juga ingin menyelami kebudayaan yang hidup. Di sinilah keunikan Mahulu: Pare Maring menawarkan pengalaman lengkap, mulai dari ritual syukur, seni tari, hingga kuliner khas Dayak. Sebuah potensi yang, jika dikelola dengan baik, bisa menjadikan Mahulu sebagai destinasi yang dicari wisatawan pecinta budaya.
Namun, potensi saja tidak cukup. Tantangan besar masih menghadang. Aksesibilitas yang terbatas membuat Mahulu sulit dijangkau, sementara promosi wisata yang masih minim membuat kekayaan budayanya belum banyak dikenal. Jika tidak ada strategi yang jelas, tradisi ini bisa tetap bertahan, tetapi hanya dinikmati oleh masyarakat lokal, tanpa mendatangkan manfaat ekonomi yang lebih luas.
Karena itu, Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Mahulu diharapkan berperan lebih aktif. Ritual seperti Pare Maring tidak hanya perlu dilestarikan, tetapi juga dikemas dengan lebih menarik agar dapat dinikmati oleh generasi muda dan wisatawan. Mahulu sudah memiliki modal besar. Kini, tinggal bagaimana mengolahnya menjadi destinasi unggulan yang mampu menghidupkan ekonomi masyarakat dan membawa Mahulu ke peta wisata budaya nasional. (adv)