Bravo 13
Mengenal Artificial Womb, Rahim Buatan untuk Bayi Prematur yang Bisa Mengancam Peran IbuDi ruang NICU yang sunyi, seorang ibu menatap bayi prematurnya yang bertarung untuk hidup. Di masa depan, rahim buatan bisa mengubah segalanya.
Oleh Handoko2025-03-08 05:30:00
Mengenal Artificial Womb, Rahim Buatan untuk Bayi Prematur yang Bisa Mengancam Peran Ibu
Ilustrasi rahim buatan yang dilengkapi dengan kamera berbasis kecerdasan buatan.

BRAVO13.ID, Samarinda - Seorang ibu yang melahirkan bayi prematur pada usia kehamilan 22 minggu menghadapi kenyataan pahit: peluang bertahan hidup bayinya hanya 10 persen. Di ruang NICU yang sunyi, tim medis berjuang dengan peralatan canggih, sementara sang ibu hanya bisa berharap dan berdoa. Namun, dalam waktu yang tidak terlalu lama, teknologi baru yang revolusioner bisa mengubah skenario ini. Bayi-bayi prematur mungkin segera memiliki tempat yang lebih aman untuk bertumbuh—bukan dalam inkubator, tetapi dalam rahim buatan.

Konsep yang dulu hanya ada dalam fiksi ilmiah kini semakin mendekati kenyataan. Artificial wombs atau rahim buatan berpotensi membawa perubahan besar dalam dunia medis, memungkinkan bayi berkembang sepenuhnya di luar tubuh manusia sejak awal pembuahan. Teknologi ini dikenal sebagai ectogenesis, di mana janin dapat berkembang dalam kantong berisi cairan ketuban sintetis dan mendapatkan nutrisi melalui plasenta mekanis.

Meski terdengar seperti kemajuan luar biasa, gagasan ini menimbulkan pro dan kontra. Survei yang dilakukan oleh Theos, sebuah lembaga think tank yang berfokus pada isu-isu sosial dan keagamaan, mengungkap bahwa mayoritas masyarakat masih menolak ide ini, kecuali dalam kondisi darurat yang mengancam nyawa ibu atau anak. Dari 2.292 responden, hanya 21 persen yang mendukung sepenuhnya gagasan ini, sementara 52 persen menolak.

Namun, Generasi Z tampaknya memiliki pandangan berbeda. Dalam kelompok usia 18-24 tahun, 42 persen menyatakan dukungan terhadap teknologi ini. Menurut Direktur Theos, Chine McDonald, generasi muda umumnya lebih terbuka terhadap kemajuan teknologi, meskipun mereka belum memiliki pengalaman langsung menjadi orang tua.

Para pendukung artificial wombs melihatnya sebagai langkah maju bagi perempuan, membebaskan mereka dari beban fisik dan emosional kehamilan. Tetapi kritik datang dari berbagai kalangan, termasuk feminis seperti Andrea Dworkin yang sejak 1970-an sudah mewaspadai kemungkinan bahwa teknologi ini dapat menghilangkan peran perempuan dalam reproduksi. Dalam esainya pada 2012, Dworkin bahkan mempertanyakan apakah di masa depan laki-laki masih akan menganggap keberadaan perempuan diperlukan setelah teknologi ini sempurna.

Kekhawatiran lain datang dari aspek etika dan hukum. Apakah seorang ibu masih memiliki hak atas embrio yang berkembang di luar tubuhnya? Jika rahim buatan menjadi pilihan alternatif, apakah ini akan mengubah konsep aborsi dan hak perempuan untuk mengakhiri kehamilan? Vardit Ravitsky, bioetis dari Harvard Medical School, mengingatkan bahwa penggunaan teknologi ini bisa menjadi alat pemaksaan terhadap perempuan yang dianggap 'kurang mampu' menjalani kehamilan alami.

Di sisi lain, meski ectogenesis masih jauh dari penerapan secara penuh, teknologi artificial wombs saat ini lebih berfokus pada penyelamatan bayi prematur. Tim peneliti dari The Children’s Hospital of Philadelphia yang dipimpin oleh Dr. Alan Flake telah melakukan lebih dari 300 percobaan sukses pada janin domba, menunjukkan bahwa mereka tidak hanya bertahan hidup tetapi juga berkembang dengan normal—menambah berat badan, tumbuh bulu, dan membuka mata setelah beberapa minggu di dalam kantong bio-buatan.

Ketika masyarakat masih berdebat tentang implikasi moral dan sosial dari teknologi ini, dunia medis melihatnya sebagai harapan baru. Jika berhasil diterapkan pada manusia, artificial wombs dapat meningkatkan angka kelangsungan hidup bayi prematur secara drastis dan mengurangi risiko kesehatan bagi ibu yang memiliki kehamilan berisiko tinggi. Namun, pertanyaannya tetap: apakah kita siap menghadapi era di mana kelahiran manusia tidak lagi membutuhkan rahim perempuan? (*)

Dapatkan informasi dan insight pilihan bravo13.id

Berita Terkait