
BRAVO13.ID, Samarinda - Di sebuah sudut Samarinda, seorang ibu pekerja harian lepas mengeluhkan betapa sulitnya membayar uang sekolah anaknya yang duduk di bangku SD. Sementara itu, di sekolah yang sama, program Makan Bersama Gratis (MBG) tengah diuji coba, memberikan makanan gratis kepada siswa. Kontras ini menggambarkan dilema yang kini menjadi sorotan: apakah program makan gratis lebih mendesak dibanding pendidikan gratis?
Anggota DPRD Samarinda, Samri Shaputra, mengungkapkan bahwa banyak warga menyampaikan aspirasi serupa. Mereka menilai pendidikan gratis lebih dibutuhkan ketimbang makan gratis. Oleh karena itu, ia mendorong pemerintah untuk lebih cermat dalam menentukan prioritas anggaran agar kebijakan yang dijalankan benar-benar memberi dampak maksimal bagi masyarakat.
“Kami menerima masukan dari warga bahwa mereka lebih membutuhkan pendidikan gratis daripada makan gratis. Pemerintah perlu mempertimbangkan kembali program ini agar lebih selaras dengan kebutuhan nyata di lapangan,” ujar Samri saat ditemui di Kantor DPRD Samarinda.
Selain menyangkut prioritas kebijakan, Samri juga menyoroti efektivitas anggaran MBG yang berkisar Rp10-Rp15 ribu per porsi. Ia mempertanyakan apakah jumlah tersebut cukup untuk menjamin standar gizi siswa yang memadai. Baginya, jika program ini tetap dijalankan, maka harus ada jaminan bahwa manfaatnya benar-benar terasa oleh siswa.
“Kalau memang program ini ingin terus berjalan, harus dipastikan manfaatnya benar-benar dirasakan siswa, termasuk dari segi gizi. Tapi kalau memang anggarannya lebih baik dialihkan ke pendidikan gratis, itu juga bisa menjadi opsi,” tambahnya.
DPRD Samarinda berkomitmen untuk mengawal setiap kebijakan agar tepat sasaran. Evaluasi terhadap MBG dinilai penting, agar program ini tidak hanya menjadi janji politik, tetapi benar-benar berdampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat. Bagi keluarga-keluarga yang masih kesulitan membayar pendidikan anak mereka, keputusan ini bukan sekadar angka dalam APBD, tetapi soal masa depan yang lebih cerah. (adv)