Bravo 13
Zelensky Cari Jalan Damai, Trump Tangguhkan Dukungan MiliterSUV hitam melaju meninggalkan Gedung Putih. Zelensky duduk di dalamnya, diam. Bantuan AS dihentikan—tanpa itu, Ukraina mungkin hanya bertahan beberapa bulan.
Oleh Handoko2025-03-05 05:15:00
Zelensky Cari Jalan Damai, Trump Tangguhkan Dukungan Militer
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, terlibat dalam diskusi sengit di Ruang Oval Gedung Putih pada 28 Februari. (Foto: Saul Loeb / AFP)

BRAVO13.ID, Samarinda - Volodymyr Zelensky keluar dari Gedung Putih dengan wajah tegang. Malam itu, setelah pertemuan yang seharusnya membuka jalan bagi dukungan lebih lanjut dari Amerika Serikat, ia justru meninggalkan Washington dengan tangan kosong. Kesepakatan penting tentang bantuan militer dan akses sumber daya mineral yang direncanakan tak pernah terwujud. Ia masuk ke dalam SUV hitam yang segera melaju di bawah sorotan kamera, meninggalkan pertanyaan besar: apakah ini awal dari kemunduran Ukraina dalam perang yang belum usai?

Hanya dalam hitungan jam setelah pertemuan itu, pemerintahan Donald Trump mengumumkan penghentian sementara semua bantuan militer ke Ukraina. Keputusan ini sontak menimbulkan gelombang kecemasan di kalangan sekutu Barat. Inggris dan Uni Eropa, yang selama ini bergantung pada peran AS dalam menopang Ukraina, kini menghadapi kenyataan pahit bahwa Washington bisa saja menarik diri dari konflik ini. Seorang pejabat senior Inggris memperingatkan bahwa tanpa aliran bantuan dari AS, Ukraina mungkin hanya bisa bertahan beberapa bulan—atau bahkan lebih singkat.

Zelensky Berusaha Menyelamatkan Diplomasi

Dalam upaya meredakan ketegangan, Zelensky mengunggah pernyataan di media sosial yang menunjukkan kesiapannya bekerja sama dengan Trump.

"Tak seorang pun menginginkan perang ini berlarut-larut," tulisnya. "Ukraina siap untuk segera bernegosiasi guna membawa perdamaian yang lebih dekat."

Ia mengusulkan gencatan senjata terbatas di udara dan laut sebagai langkah awal, dengan catatan Rusia melakukan hal yang sama. Selain itu, ia menegaskan kesediaannya untuk bekerja di bawah kepemimpinan Trump guna mencapai perjanjian damai yang lebih kuat.

"Pertemuan kami di Washington tidak berjalan seperti yang diharapkan," akunya. "Sungguh disayangkan, tetapi kini saatnya memperbaiki keadaan."

Zelensky juga mengungkapkan kesiapan Ukraina untuk menandatangani perjanjian tentang mineral dan keamanan dengan AS kapan saja, dalam format apa pun yang disepakati. Namun, tanpa bantuan militer yang selama ini menjadi nyawa pertahanan negaranya, seberapa besar perjanjian itu dapat menyelamatkan Ukraina dari kehancuran?

Ancaman Nyata di Medan Perang

Keputusan Trump menuai reaksi keras dari berbagai pihak. Di Eropa, Perdana Menteri Prancis François Bayrou menilai tindakan AS sebagai tanda bahwa Washington "meninggalkan" Ukraina. Ia memperingatkan bahwa keputusan ini hanya akan memperkuat posisi Rusia dan mendorong Eropa untuk segera menggantikan peran AS dalam memasok senjata bagi Ukraina.

Namun, di AS, beberapa sekutu Trump mulai menyuarakan dukungan terhadap pendekatan baru Zelensky. Senator Lindsey Graham, yang sebelumnya menyarankan agar Zelensky mengundurkan diri, kini menulis di media sosial, "Hari-hari yang lebih baik akan datang," disertai dengan emoji jempol.

Sementara itu, di garis depan, pasukan Ukraina menghadapi situasi yang semakin genting. Mantan Wakil Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina, Letnan Jenderal Ihor Romanenko, memperingatkan bahwa tanpa pasokan senjata dari AS, negaranya hanya bisa bertahan sekitar enam bulan. Para analis militer di Eropa dan Amerika mengonfirmasi prediksi ini, menekankan bahwa tanpa dukungan AS, sistem pertahanan Ukraina akan melemah sebelum akhir tahun.

Babak Baru yang Penuh Ketidakpastian

Zelensky kini berada di persimpangan: mencari cara mempertahankan hubungan dengan Trump sambil memastikan negaranya tidak jatuh ke dalam kehancuran akibat kekurangan senjata dan sumber daya. Di satu sisi, ia harus membangun kembali komunikasi yang sempat rusak dengan Gedung Putih. Di sisi lain, rakyat Ukraina menghadapi realitas perang yang semakin sulit, dengan masa depan yang belum jelas.

Akankah AS kembali ke meja perundingan dan melanjutkan bantuannya? Ataukah ini awal dari babak baru di mana Ukraina harus bertahan sendiri? Di tengah ketidakpastian ini, satu hal yang pasti: waktu terus berjalan, dan bagi Ukraina, setiap detik adalah pertaruhan hidup dan mati. (*)

Dapatkan informasi dan insight pilihan bravo13.id

Berita Terkait