BRAVO13.ID, Timika - Di ketinggian lebih dari 4.800 meter di atas permukaan laut, suhu bisa jatuh di bawah nol derajat Celsius, oksigen menipis, dan tubuh manusia dipaksa bertahan dalam kondisi ekstrem. Bagi Fiersa Besari, pendakian ke Puncak Carstensz, Papua Tengah, seharusnya menjadi perjalanan penuh makna—sebuah perwujudan dari kecintaannya pada alam dan petualangan. Namun, apa yang dimulai sebagai perjalanan impian berubah menjadi tragedi.
Senin (3/3), musisi dan penulis itu akhirnya tiba di Timika dalam kondisi selamat bersama dua rekannya. Setelah melewati medan berat dan cuaca tak terduga, mereka kini bersiap untuk kembali ke Jakarta. "Tiga orang termasuk Fiersa sudah di Timika, rencana hari ini langsung balik ke Jakarta, kondisi sehat," ujar Kapolres Mimika, AKBP Billyandha Hildiario Budiman.
Namun, tidak semua pendaki dalam rombongan bisa kembali dengan selamat. Dua rekannya, Lilie Wijayanti dan Elsa Laksono, tidak mampu bertahan dari serangan hipotermia. Jenazah keduanya kini telah berada di RSUD Timika dan dijadwalkan diterbangkan ke Jakarta pada Senin pagi.
Berdasarkan data Tim SAR, rombongan ekspedisi ini berjumlah 10 orang, termasuk dua warga negara asing (WNA) asal Turki dan satu WNA Rusia, serta lima pemandu gunung. Puncak Carstensz, yang sering disebut sebagai tantangan berat bagi pendaki karena aksesnya yang sulit dan kondisi alamnya yang tak bisa diprediksi, kembali menunjukkan bahwa ia bukan sekadar gunung untuk ditaklukkan, melainkan medan yang harus dihormati.
Fiersa Besari, yang selama ini dikenal lewat lagu-lagu dan tulisannya tentang perjalanan dan kehidupan, kini pulang dengan cerita yang berbeda. Perjalanan yang semula dipenuhi semangat petualangan berakhir dengan kehilangan. Tragedi ini menjadi pengingat bahwa alam tidak pernah memberikan kepastian, hanya peluang bagi mereka yang cukup kuat untuk kembali bercerita. (*)

