BRAVO13.ID, Samarinda - Langit kelabu menyelimuti Sandringham Estate saat helikopter yang membawa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendarat dengan mulus. Di tengah terpaan angin musim dingin, pemimpin Ukraina itu melangkah turun dengan ekspresi serius, mengenakan pakaian serba hitam yang mencerminkan tantangan berat yang sedang dihadapinya. Di hadapannya, Raja Charles III berdiri dengan senyum hangat, memberikan sambutan yang lebih dari sekadar seremonial. Ini adalah pertemuan yang sarat makna di tengah krisis geopolitik yang kian rumit.
Kunjungan Zelensky ke Inggris terjadi hanya dua hari setelah pertemuannya yang berujung buntu dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Wakil Presiden JD Vance di Gedung Putih. Dalam pertemuan tersebut, Trump menegur Zelensky karena dianggap kurang berterima kasih atas dukungan Amerika Serikat. Lebih dari itu, Trump menekan Zelensky untuk menerima syarat-syaratnya dalam memulai perundingan damai dengan Rusia—sebuah langkah yang dapat mengubah arah perang yang telah berlangsung selama empat tahun ini.
Di London, Zelensky berusaha memperkuat dukungan Eropa dalam sebuah pertemuan darurat dengan para pemimpin benua tersebut. Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menegaskan bahwa kelangsungan Ukraina adalah bagian dari keamanan global. Namun, tidak semua pemimpin Eropa sejalan dengan Zelensky. Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, yang memiliki hubungan erat dengan Trump, mendesak agar Zelensky memperbaiki hubungan dengan Washington. "Sangat penting untuk menghindari perpecahan di antara sekutu Barat dalam mendukung Ukraina," tegasnya dalam sebuah pernyataan. Meloni, yang merupakan satu-satunya pemimpin Eropa yang menghadiri pelantikan Trump, bahkan mengusulkan pertemuan darurat dengan AS untuk meredakan ketegangan.
Di tengah berbagai tekanan itu, pertemuan dengan Raja Charles memberikan suasana yang lebih tenang. Di Norfolk, beberapa warga berkumpul, melambaikan bendera biru-kuning Ukraina, menyambut kehadiran Zelensky dengan antusias. Raja Charles, yang sejak awal telah menunjukkan solidaritas terhadap Ukraina, kembali menegaskan dukungannya. Ia mengingatkan dunia akan "agresi tak terlukiskan" yang dialami Ukraina sejak invasi Rusia. Tahun lalu, sang Raja bahkan memuji keberanian luar biasa rakyat Ukraina dalam menghadapi tragedi kemanusiaan yang terus berlangsung.
Usai pertemuan tersebut, Zelensky menyampaikan pentingnya menjaga persatuan di antara sekutu. "Ukraina membutuhkan perdamaian yang didukung oleh jaminan keamanan yang kuat," ujarnya, menegaskan bahwa negosiasi tidak boleh dilakukan tanpa posisi yang menguntungkan bagi negaranya.
Sementara dunia menantikan bagaimana hubungan Ukraina dan AS berkembang, rencana kunjungan kenegaraan kedua Trump ke Inggris semakin dekat. Perdana Menteri Starmer telah menyerahkan undangan resmi kepada Trump, menandakan bahwa hubungan transatlantik masih menjadi prioritas. Namun bagi Zelensky, perjalanannya kali ini bukan hanya tentang mencari dukungan, tetapi juga menavigasi jalur diplomasi yang semakin penuh dengan tantangan.
Dalam perjalanan pulangnya, Zelensky membawa lebih dari sekadar dukungan simbolis dari Raja Charles. Ia membawa harapan dan beban besar: menjaga kesatuan Eropa, meyakinkan sekutu-sekutunya, dan mencari cara untuk tetap mendapatkan dukungan dari Washington tanpa mengorbankan prinsip-prinsip perjuangan Ukraina. Di tengah perang yang belum menunjukkan tanda-tanda usai, setiap langkahnya akan menentukan masa depan negaranya. (*)