Bravo 13
Hanya Bisa Ditempuh dengan Perahu dan Pesawat Perintis, Mahulu Butuh Bandara SegeraDua hari perjalanan lewat sungai, akses darat nyaris tak ada—Mahulu terisolasi. Kini, harapan bertumpu pada pembangunan Bandara Datah Dawai.
Oleh Puji Tri2025-02-19 14:35:00
Hanya Bisa Ditempuh dengan Perahu dan Pesawat Perintis, Mahulu Butuh Bandara Segera
Bupati Mahulu Bonifasius Belawan Geh menyerahkan cenderamata kepada perwakilan Kementerian Perhubungan RI dalam pertemuan resmi di Jakarta, Jumat (7/2/2025). Penandatanganan hibah aset Bandara Datah Dawai menjadi langkah penting bagi Mahulu untuk keluar dari keterisolasian. (Foto: Pemkab Mahulu)

BRAVO13.ID, Jakarta – Bayangkan hidup di sebuah wilayah di mana perjalanan ke ibu kota provinsi bisa memakan waktu berhari-hari. Jalan darat nyaris tidak ada, sementara satu-satunya akses adalah jalur sungai yang panjang dan rawan perubahan cuaca ekstrem. Bagi masyarakat Mahakam Ulu, kondisi ini bukan sekadar gambaran, tetapi realitas sehari-hari.

Itulah mengapa pembangunan Bandara Datah Dawai bukan hanya tentang infrastruktur, tetapi tentang kehidupan. Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Malaysia ini selama bertahun-tahun menghadapi tantangan transportasi yang ekstrem. Tidak ada jalan nasional yang menghubungkan Mahulu dengan Samarinda, sehingga keberadaan bandara menjadi satu-satunya harapan untuk membuka akses yang lebih cepat dan aman.

“Kami bukan sekadar ingin memiliki bandara. Kami ingin mengakhiri keterisolasian ini,” tegas Bupati Mahulu, Dr. Bonifasius Belawan Geh, saat menandatangani hibah aset Bandara Datah Dawai ke Kementerian Perhubungan RI pada Jumat (7/2/2025) di Jakarta.

Transportasi: Tantangan Utama Mahulu

Di Mahulu, perjalanan menggunakan perahu bisa memakan waktu hingga dua hari untuk mencapai Samarinda. Jika air surut, perjalanan bisa lebih lama, bahkan terhenti total. Alternatifnya adalah menggunakan pesawat perintis yang hanya tersedia dalam frekuensi terbatas, dengan kapasitas yang tidak bisa mengakomodasi kebutuhan warga secara maksimal.

Bupati Bonifasius menegaskan bahwa bandara bukan hanya tentang kemudahan bepergian, tetapi juga tentang ekonomi, kesehatan, dan masa depan.

“Dengan adanya bandara, suplai logistik bisa lebih lancar, tenaga medis bisa lebih mudah datang, dan investasi bisa masuk ke Mahulu. Selama akses masih sulit, Mahulu akan sulit berkembang,” jelasnya.

Kini, setelah aset bandara resmi diserahkan kepada pemerintah pusat, harapan besar muncul. Jika Kemenhub segera mengambil langkah konkret untuk membangun dan mengembangkan Bandara Datah Dawai, maka Mahulu akan memasuki babak baru dalam sejarahnya, dari daerah terisolasi menjadi wilayah yang lebih terhubung dengan dunia luar. (adv)

Dapatkan informasi dan insight pilihan bravo13.id

Berita Terkait