BRAVO13.ID, Samarinda - Hari itu, Risnawati merasakan semangat yang berbeda saat memulai pelatihan di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Arsiparis Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kalimantan Timur ini tidak sendiri; bersama beberapa rekannya, ia tengah mendalami teknologi alih media arsip—sebuah langkah strategis untuk menghadapi tantangan besar dalam era digital. Bagi Risna, menjaga sejarah bukan hanya soal tugas, tapi juga warisan untuk masa depan.
Di ruang pelatihan ANRI pada Senin (25/11/2024), rombongan DPK Kaltim disambut oleh Parno Nusantara, Koordinator Alih Media Arsip ANRI. Dengan penuh antusias, Parno memaparkan proses alih media—teknik pemindahan isi arsip dari satu media ke media lainnya. Proses ini krusial untuk memastikan pelestarian sekaligus aksesibilitas arsip, sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2018 tentang Pemeliharaan Arsip Dinamis dan Peraturan ANRI Nomor 2 Tahun 2021 tentang Alih Media Arsip Statis.
“Ada banyak bentuk arsip yang kami kelola, mulai dari dokumen kertas hingga foto negatif, rekaman suara, dan mikrofilm. Semua itu menyimpan peristiwa penting yang harus dipertahankan kualitasnya,” ujar Parno di hadapan para peserta.
Risnawati mengaku bahwa pengalaman langsung di ANRI memberikan wawasan baru yang tak ternilai. “Pelatihan ini tidak hanya memberikan pemahaman teoretis, tetapi juga pengalaman praktis tentang cara melestarikan arsip dan mempermudah akses informasi. Kami belajar banyak dari metode yang digunakan di sini,” ungkapnya penuh rasa syukur.
Program magang ini juga memberikan pembekalan teknis, seperti pemilahan arsip prioritas, penggunaan perangkat pemindai teknologi tinggi, hingga pengamanan data melalui enkripsi. Seluruh tahapan dirancang untuk menciptakan tata kelola arsip yang lebih modern dan aman, menjadikan arsip tidak hanya sekadar simpanan dokumen, tetapi sumber informasi strategis di era digital.
Parno menegaskan bahwa inisiatif DPK Kaltim untuk belajar langsung di ANRI adalah langkah penting. “Magang ini adalah investasi besar untuk meningkatkan tata kelola arsip, yang tidak hanya relevan untuk Kaltim tetapi juga kontribusi nyata dalam menjaga sejarah bangsa,” katanya.
Selama pelatihan, para peserta yang terdiri dari arsiparis hingga staf pengelola, seperti Aswin Rakhmani, Rendra Muslim, hingga Dewi Yanti, diajarkan untuk menghadapi tantangan kearsipan digital, termasuk pengelolaan arsip-arsip prioritas dengan volume besar.
Pada akhirnya, program magang ini dirancang untuk mencetak sumber daya manusia yang tidak hanya kompeten tetapi juga visioner dalam bidang kearsipan digital. Dengan bekal ini, diharapkan DPK Kaltim mampu menjaga sejarah sekaligus menjawab kebutuhan informasi masyarakat di tengah kemajuan teknologi. Seperti yang diungkapkan Risnawati, “Kami datang ke sini bukan hanya untuk belajar, tetapi juga untuk membawa pulang ilmu yang akan membangun masa depan arsip kita lebih baik.” (adv)