BRAVO13.ID, Samarinda - Pagi yang diguyur hujan deras tak memadamkan semangat ratusan guru dan tamu undangan untuk menghadiri Upacara Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2024 dan Hari Ulang Tahun ke-79 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) di Kantor Gubernur Kalimantan Timur, Kamis, 28 November 2024. Hujan yang terus mengguyur memaksa panitia memindahkan lokasi acara dari Halaman Kantor Gubernur ke Ruang Ruhui Rahayu, namun suasana khidmat tetap terjaga.
Dalam balutan tema “Guru Hebat, Indonesia Kuat,” upacara ini tidak hanya menjadi momen penghormatan kepada para guru, tetapi juga pengingat akan tanggung jawab besar mereka dalam membentuk masa depan bangsa. Ismail Latisi, perwakilan Komisi IV DPRD Samarinda, turut hadir dalam acara tersebut. Dalam refleksinya pada Peringatan HGN 2024, ia menyampaikan pesan yang menggugah tentang peran guru dalam kehidupan setiap individu.
“Guru yang hebat adalah guru yang menginspirasi, menghadirkan harapan, menyulut imajinasi, dan menanamkan kecintaan untuk menuntut ilmu,” ujar Ismail. Bagi Ismail, kehadiran guru bukan hanya soal transfer ilmu, tetapi juga menjadi katalisator perubahan di tengah masyarakat.
Dalam kesempatan itu, Penjabat Gubernur Kalimantan Timur, Akmal Malik, menyoroti pentingnya penguatan kualitas pendidikan melalui kolaborasi berbagai pihak. Upacara ini juga menghadirkan refleksi tentang tantangan yang dihadapi dunia pendidikan, seperti kesenjangan fasilitas pendidikan dan keterbatasan tenaga pengajar di daerah terpencil. Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kaltim menegaskan bahwa pemerintah terus berkomitmen meningkatkan kompetensi guru melalui berbagai pelatihan dan program insentif.
Ratusan guru yang hadir tampak larut dalam suasana emosional. Salah satu guru, Nurhayati, menyampaikan rasa harunya ketika mendengar apresiasi dari para pejabat yang hadir. “Menjadi guru itu tidak mudah, tetapi setiap kali murid-murid saya berhasil, itu menjadi kebahagiaan tak ternilai,” ujarnya dengan mata berbinar.
Hari Guru Nasional tahun ini tidak hanya menjadi ajang penghormatan kepada para guru, tetapi juga momen untuk merefleksikan perjalanan panjang dunia pendidikan di Indonesia. Seperti yang disampaikan Ismail Latisi, peran guru melampaui sekadar mengajar; mereka adalah penjaga harapan dan pemantik semangat generasi muda untuk terus bermimpi.
Ketika upacara berakhir, suasana di Ruang Ruhui Rahayu dipenuhi dengan kehangatan dan rasa syukur. Para guru, meski sebagian besar tak pernah tersorot, pulang dengan semangat baru, membawa pesan bahwa pengabdian mereka adalah pondasi bagi Indonesia yang lebih kuat dan maju. (adv)