BRAVO13.ID, Samarinda - Pagi itu, hujan deras mengguyur Samarinda, meneteskan air dari atap yang bocor di Sekolah Dasar (SD) 020 Samarinda, Kelurahan Sempaja Selatan, Kecamatan Samarinda Utara. Video yang merekam situasi memprihatinkan ini beredar cepat melalui pesan berantai di WhatsApp, membuat banyak orang tersentak—bukan hanya karena hujan yang membasahi ruangan, tetapi karena kondisi bangunan yang terkesan tak layak. Di tengah pesatnya pembangunan kota, ternyata masih ada fasilitas pendidikan yang luput dari perhatian.
SD 020, sekolah dengan bangunan serba kayu berwarna hijau ini terletak di kawasan Jalan Karya Baru, RT 10, Samarinda. Dalam video, seorang siswa dan guru terlihat menghentikan kegiatan belajar mengajar karena atap kelas yang bocor. Tempias hujan deras tak hanya membasahi lantai, tetapi juga melunturkan semangat belajar para siswa.
Menyikapi hal ini, anggota DPRD Samarinda, Viktor Yuan, dengan cepat menanggapi situasi tersebut. “Saya sudah beri tahu kepala dinas terkait supaya segera mengambil tindakan,” ujar Viktor saat dihubungi pada Sabtu (28/9). Ia mengungkapkan kekecewaannya melihat kondisi sekolah di ibu kota Kalimantan Timur yang masih seperti ini. Bagi Viktor, peristiwa ini menjadi bukti bahwa sarana dan prasarana pendidikan belum merata di Samarinda, kota yang sedang berkembang pesat.
Sebagai wakil dari Dapil Kecamatan Samarinda Utara dan Sungai Pinang, Viktor berjanji akan mengambil tindakan nyata. Ia berencana mengangkat masalah ini dalam rapat bersama pimpinan DPRD Samarinda, Senin mendatang. “Ini hal yang wajib dibahas. Kami harus mencari solusi cepat untuk sekolah ini,” tambahnya tegas.
Insiden di SD 020 bukan hal baru. Atap sekolah sering kali bocor saat hujan turun, membuat empat kelas dari jenjang 3 hingga 6 terpaksa menghentikan kegiatan belajar mengajar. Air hujan yang disertai angin kencang menembus atap, membasahi meja dan kursi, serta merusak suasana belajar. Meski demikian, semangat para siswa tak sepenuhnya padam. Namun, menurut Kepala Sekolah SD 020, Hadijah, kondisi ini sudah berlangsung sejak lama, tanpa perubahan signifikan.
Hadijah, yang menjabat sejak akhir 2022, menceritakan bahwa beberapa dinding kelas telah dimakan rayap. Upaya perbaikan yang dilakukan hanya sebatas tambal-menambal menggunakan plywood, namun perbaikan tersebut tak bertahan lama. “Kalau dinding tidak ditambal, lubangnya bisa tembus ke bagian belakang,” jelasnya, menggambarkan kondisi yang lebih memprihatinkan.
Setiap kali hujan turun, seperti biasa, kegiatan belajar terpaksa dipindahkan ke tempat lain, meski hanya ke pelataran atau halaman kelas. “Kami tetap belajar, menunggu hujan reda,” ujar Hadijah. Kondisi ini menjadi potret ketidakmerataan pembangunan di kota yang terus maju, sementara fasilitas dasar seperti sekolah masih butuh perhatian besar.
Bagi warga setempat, kejadian ini menyiratkan perlunya reformasi pendidikan yang lebih menyeluruh di Samarinda, agar setiap siswa bisa belajar dengan layak dan nyaman, tanpa khawatir terganggu oleh kondisi bangunan yang tak memadai. (adv)