
BRAVO13.ID, Samarinda - Di balik gemerlap anggaran pendidikan Kota Samarinda yang mencapai miliaran rupiah dalam APBD 2024, tersembunyi kenyataan yang jauh dari harapan. Salah satu contohnya adalah SDN 020 Samarinda, sebuah sekolah dasar yang telah berdiri kokoh selama empat dekade namun kini seolah diabaikan, dibiarkan merana dengan kondisi bangunan yang memprihatinkan.
Sekolah ini menjadi sorotan dalam perbincangan publik setelah Abdul Rohim, anggota DPRD Kota Samarinda, secara tegas menyampaikan kritiknya. Bertempat di GOR Segiri Samarinda, di sela-sela pembukaan Festival Ragam Seni Budaya, Abdul Rohim mengungkapkan kekecewaannya atas lambannya respons Dinas Pendidikan Samarinda terhadap kondisi fisik sekolah yang sudah begitu parah.
“Ini sangat memalukan. Bagaimana mungkin di tengah kota, dengan anggaran pendidikan yang besar, ada sekolah yang dibiarkan seperti ini?” ujar Abdul Rohim penuh keprihatinan. Sekolah yang harusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi siswa, kini berubah menjadi potret buruk lemahnya perhatian pemerintah. Plafon yang bocor, lantai yang jebol, dan dinding yang lapuk menjadi pemandangan sehari-hari di SDN 020, mengancam keselamatan para siswa dan guru.
Anggaran pendidikan di Samarinda memang tidak kecil. Dalam APBD 2024, sektor pendidikan mendapat porsi cukup besar, termasuk untuk perbaikan infrastruktur sekolah dan peningkatan Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA). Namun, kenyataan di lapangan masih jauh dari yang diharapkan. Seperti SDN 020, banyak sekolah lain yang masih menunggu uluran tangan pemerintah untuk melakukan perbaikan.
Kritik Abdul Rohim tidak datang begitu saja. Ia merasa bahwa pemerintah, terutama Dinas Pendidikan, harus lebih aktif dalam memantau kondisi sekolah-sekolah yang sudah lama berdiri, terutama yang berada di pusat kota. Bukan hanya menunggu laporan dari masyarakat, tetapi proaktif mengunjungi dan melihat langsung kondisi yang ada.
“Jangan menunggu hingga terjadi insiden yang membahayakan baru bertindak. SDN 020 ini hanya satu contoh, saya yakin ada banyak sekolah lain yang butuh perhatian segera,” tegas Abdul Rohim.
Sorotan terhadap lambannya perbaikan infrastruktur sekolah ini muncul di tengah tantangan besar yang dihadapi sektor pendidikan di Samarinda. Meski anggaran terus meningkat, kebutuhan mendesak di lapangan seperti perbaikan gedung sekolah yang rusak masih belum terselesaikan. Publik berharap, dengan alokasi anggaran yang besar, pemerintah bisa lebih responsif dan gesit dalam menangani masalah-masalah krusial yang menyangkut masa depan generasi muda.
Kritik ini mengingatkan kita bahwa anggaran besar bukanlah jaminan perbaikan jika tidak diiringi dengan pengawasan dan tindakan cepat dari pemerintah. Sekolah seperti SDN 020 menanti perhatian lebih, agar siswa-siswi di sana bisa belajar dengan aman dan nyaman, tanpa rasa khawatir akan bangunan yang sewaktu-waktu bisa membahayakan mereka. (adv)