BRAVO13.ID, Samarinda - Anggota DPRD Samarinda, Joha Fajal, berbicara panjang lebar mengenai tantangan yang dihadapi dalam Pemilihan Wali Kota (Pilwali) Samarinda mendatang. Dalam perbincangan yang penuh refleksi, Joha menyoroti situasi yang tak biasa—Samarinda, ibu kota Kalimantan Timur, tampaknya akan menghadapi sebuah fenomena politik yang jarang terjadi: calon tunggal atau kotak kosong.
Kota ini menjadi pusat perhatian karena belum ada tanda-tanda kompetitor yang muncul untuk menantang calon petahana. "Jika Pilwali ini tetap berjalan sesuai dengan PKPU (Peraturan KPU), calon yang telah ditetapkan harus mengambil cuti dari jabatannya. Tak hanya itu, mereka juga dilarang menggunakan fasilitas negara selama masa cuti, termasuk kendaraan dinas," ujar Joha saat ditemui di Gedung DPRD Samarinda.
Ia menilai situasi ini menunjukkan keunikan tersendiri. Di tengah berbagai spekulasi politik, tak satu pun calon lain yang berani menantang Wali Kota Samarinda. Joha tak menampik bahwa kinerja sang petahana menjadi salah satu faktor utama mengapa kompetisi politik di Samarinda terkesan sepi. "Kinerja Wali Kota kita memang sangat baik, sehingga calon lain mungkin berpikir dua kali untuk bersaing dalam Pilwali kali ini," tambahnya dengan nada reflektif.
Ketika ditanya tentang situasi di kota lain, Joha membandingkan Samarinda dengan Balikpapan yang pada awalnya juga diprediksi akan menghadapi calon tunggal. Namun, berbeda dengan Samarinda, Balikpapan akhirnya menarik tiga pasangan calon untuk bertarung di ajang Pilwali. “Balikpapan yang semula kita kira akan sama nasibnya dengan Samarinda, ternyata menarik tiga pasangan calon. Tapi Samarinda, situasinya memang unik,” lanjutnya sambil menekankan bahwa kondisi politik di Samarinda sangat berbeda.
Meski Samarinda kemungkinan besar akan menghadapi calon tunggal, Joha berharap agar proses demokrasi tetap berjalan dengan lancar dan damai. Sebagai politikus dari Fraksi NasDem, ia menekankan pentingnya menjaga kondusivitas di tengah masyarakat, meskipun kontestasi politik kali ini tidak diwarnai dengan persaingan yang sengit. "Kita berharap Samarinda bisa menjadi contoh bagaimana sebuah kontestasi politik tetap bisa berjalan dengan baik, tertib, dan damai, meskipun tanpa adanya kompetitor," pungkasnya dengan harapan besar terhadap masa depan politik kota yang dipimpinnya.
Pernyataan Joha seolah menjadi refleksi dari dinamika politik di Samarinda yang bergerak dalam ketenangan. Meskipun minimnya kompetisi bisa dibilang mencerminkan kuatnya kepemimpinan petahana, hal ini juga menandai sebuah perjalanan politik yang unik dan penuh tantangan bagi kota besar seperti Samarinda. (adv)