BRAVO13.ID, Samarinda - Pada Jumat, 20 September 2024, ruang audiensi DPRD Samarinda dipenuhi suara para orang tua yang tergabung dalam komunitas "Mama Marah". Mereka datang dengan satu tujuan: memperjuangkan keadilan bagi anak-anak mereka yang terpaksa harus membeli buku paket yang dinilai memberatkan. Harga buku yang tinggi menjadi beban, terutama bagi mereka yang penghasilannya pas-pasan.
Di depan Ketua DPRD Samarinda sementara, Helmi Abdullah, para orang tua ini dengan penuh harap menyampaikan keluh kesah. "Banyak dari kami kesulitan memenuhi permintaan pembelian buku paket. Harganya tidak terjangkau bagi sebagian besar orang tua. Ada yang bahkan tidak sanggup membelinya," ungkap salah seorang perwakilan komunitas dengan nada gusar, mencerminkan kondisi banyak keluarga di kota itu.
Helmi mendengarkan dengan seksama, sesekali mengangguk, seolah mengerti benar apa yang mereka rasakan. Saat gilirannya berbicara, ia tidak berusaha menenangkan dengan janji kosong. Ia justru menawarkan solusi konkret. "Kami di DPRD tidak akan tinggal diam. Masalah ini harus segera diatasi," tegasnya.
Langkah awal yang diambil Helmi adalah membentuk tim investigasi. Menurutnya, tim ini akan menelusuri lebih dalam permasalahan harga buku paket yang dinilai tidak masuk akal. Ia mengakui bahwa hal ini bisa saja menjadi indikasi dari masalah yang lebih besar—mungkin praktik pungutan liar di sekolah-sekolah.
Namun, Helmi tak berhenti di situ. Ia juga telah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kota Samarinda. Salah satu solusi jangka panjang yang diusulkan adalah pencetakan massal buku paket menggunakan dana APBD. Langkah ini, yang diperkirakan akan terealisasi pada Januari 2025, diharapkan dapat menjadi angin segar bagi para orang tua murid. "Kami ingin meringankan beban mereka, dan ini adalah cara terbaik yang bisa kami lakukan saat ini," ungkap Helmi.
Selain itu, untuk lebih mengurangi beban biaya, pemerintah berencana membeli buku-buku paket yang ada saat ini dengan menggunakan dana BOSDA. Kebijakan ini diharapkan bisa menghentikan siklus pembelian buku yang terus-menerus dan memberatkan orang tua setiap tahunnya.
Dengan solusi yang mulai terlihat di depan mata, para orang tua meninggalkan ruang audiensi dengan sedikit lebih lega. Meskipun masih ada perjalanan panjang hingga solusi ini benar-benar terwujud, mereka kini merasa suara mereka didengar, dan ada harapan bahwa pendidikan anak-anak mereka akan menjadi lebih terjangkau. (adv)