BRAVO13.ID, Samarinda - Di tengah terik matahari Kalimantan Timur, Presiden Joko Widodo turun dari kendaraan kepresidenannya, menyusuri pelataran RSUD dr. Abdul Rivai di Kabupaten Berau. Kamis, 26 September 2024, menjadi hari yang istimewa bagi rumah sakit ini, ketika kepala negara memilih untuk melihat langsung kondisi fasilitas kesehatan yang menjadi andalan masyarakat Berau dan sekitarnya. Presiden Jokowi, dengan langkah tenang, langsung menuju beberapa fasilitas vital, mulai dari loket pelayanan hingga klinik gigi dan bedah. Kunjungan tersebut tak sekadar seremonial, namun memberikan harapan baru bagi masa depan pelayanan kesehatan di wilayah ini.
Setelah meninjau, Presiden berdiri di hadapan awak media dengan senyum tipis, mengungkapkan apresiasinya terhadap rencana pengembangan rumah sakit yang menurutnya sudah berada di jalur yang tepat. "Rumah sakit dr. Abdul Rivai ini sangat baik, terutama karena sudah memiliki master plan untuk meningkatkan kualitas layanannya," ujar Presiden, menegaskan komitmen pemerintah pusat untuk mendukung pengembangan fisik fasilitas tersebut. Namun, ada satu pesan penting yang disampaikannya: kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah harus diperkuat.
Jokowi menegaskan bahwa penambahan alat-alat canggih seperti CT scan, mamografi, hingga perlengkapan ICU akan disediakan oleh pemerintah pusat, namun pemerintah daerah diharapkan ikut ambil bagian dalam pembangunan infrastruktur dan gedung yang memadai. "Pemerintah daerah mestinya yang membangun ruangannya, membangun gedungnya," tegasnya, dengan nada yang penuh dorongan agar pengelola daerah turut bertanggung jawab.
Di balik angka-angka statistik dan laporan rutin, terdapat tantangan nyata yang dihadapi RSUD dr. Abdul Rivai. Direktur rumah sakit, dr. Jusram, berbicara lebih dalam mengenai kondisi yang ada. Dengan tingkat hunian mencapai 92 persen, rumah sakit ini berada dalam tekanan berat. BOR (Bed Occupancy Rate) yang terlalu tinggi jauh dari kondisi ideal, menandakan bahwa kapasitas rumah sakit ini sudah mendekati titik jenuh. Namun, itu bukan satu-satunya tantangan. Banyak alat kesehatan di RSUD tersebut sudah memasuki usia yang harus diperbarui, seperti CT scan yang telah beroperasi selama 11 tahun dan MRI yang belum tersedia, memaksa pasien harus dirujuk ke fasilitas lain yang jaraknya cukup jauh.
"Kami sangat berharap dari kunjungan ini, ada dampak yang signifikan untuk pengembangan rumah sakit di Berau," ujar dr. Jusram dengan nada penuh harap. Ia menyadari bahwa jarak Berau yang terpencil dari pusat rujukan di Kalimantan Timur menambah beban bagi pasien yang membutuhkan penanganan serius.
Di belakang layar, sejumlah pejabat turut mendampingi Presiden, termasuk Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang Raja Juli Antoni, hingga Pj Gubernur Kalimantan Timur Akmal Malik. Kunjungan ini bukan sekadar agenda protokoler, namun menjadi momentum bagi mereka untuk melihat langsung realita di lapangan.
Harapan menggantung di udara Berau, bahwa kunjungan Presiden bukan hanya memberi semangat, tetapi juga membawa angin perubahan bagi pelayanan kesehatan di wilayah tersebut. Dengan rencana besar di tangan dan dukungan pemerintah pusat, masyarakat Berau kini menanti masa depan yang lebih baik, di mana rumah sakit mereka dapat berdiri setara dengan fasilitas kesehatan lain di Indonesia. (*)