BRAVO13.ID, Samarinda - Di tengah dinamika politik yang semakin intens pasca Pemilu 2024, spekulasi mengenai posisi PDI-P dalam pemerintahan baru semakin menjadi sorotan. Partai yang sebelumnya berada di posisi terdepan mendukung Presiden Joko Widodo kini berada dalam persimpangan besar: apakah akan beralih mendukung presiden terpilih Prabowo Subianto dan wakil presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka, atau justru memilih tetap berada di luar lingkar kekuasaan sebagai oposisi?
Meski belum ada keputusan resmi, komunikasi yang terjalin antara PDI-P dan Koalisi Indonesia Maju (KIM) menunjukkan sinyal positif. Beberapa pihak dalam koalisi menyebut adanya keselarasan visi dalam membangun bangsa, meski mereka bersaing ketat dalam kontestasi Pemilu 2024. Ketua Dewan Pakar Partai Amanat Nasional (PAN), Dradjad Wibowo, menegaskan bahwa hubungan PAN dengan PDI-P selama ini terjalin dengan sangat baik. "Kita tunggu sikap resmi mereka, tetapi sinyalnya bagus, komunikasinya lancar. Kita lihat saja nanti hasil akhirnya," ujar Dradjad dalam sebuah wawancara eksklusif di YouTube Kompas.com, Senin (16/9/2024).
Dalam konteks ini, peran Jokowi menjadi krusial. Meskipun masa jabatannya sebagai presiden segera berakhir, pengaruhnya terhadap peta politik Indonesia tetap kuat. Dradjad menyinggung bagaimana Jokowi, bersama Prabowo, mendukung pencalonan Pramono Anung sebagai calon gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2024. Menurutnya, pencalonan ini adalah salah satu bukti kuat bahwa hubungan Jokowi, Prabowo, dan PDI-P masih terjalin erat. "Tidak mungkin Mas Pram maju tanpa restu Pak Jokowi dan komunikasi yang baik dengan Prabowo," tambah Dradjad, mengisyaratkan bahwa sekat-sekat politik di antara ketiganya hampir tidak ada lagi.
Senada dengan itu, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani, juga mengungkapkan bahwa meskipun PDI-P dan Gerindra sering terlihat berbeda pandangan, pada dasarnya tujuan besar kedua partai ini sering kali sejalan. "Kita tidak selalu bertemu di jalan yang sama, tapi sering bertemu di perempatan," ujar Muzani. Ungkapan ini menggambarkan bagaimana kedua partai, meski memiliki pendekatan politik yang berbeda, kerap kali bertemu pada tujuan akhir yang sama: membangun bangsa.
Muzani juga menambahkan bahwa dalam pemerintahan Prabowo dan Gibran nanti, Gerindra berupaya merangkul sebanyak mungkin pihak, termasuk PDI-P. Baginya, kolaborasi lintas partai menjadi kunci untuk menciptakan stabilitas politik yang lebih baik di masa depan. "Kita ingin merangkul sebanyak mungkin partai politik agar suasana politik lebih kondusif," tegasnya.
Isyarat yang dilemparkan oleh PAN dan Gerindra ini seolah membuka pintu bagi PDI-P untuk masuk ke dalam koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran. Namun, apakah PDI-P benar-benar akan melangkah ke arah tersebut? Atau justru mereka akan memilih peran sebagai oposisi yang kritis, menjaga keseimbangan politik di Indonesia? Semua masih menjadi teka-teki yang menunggu untuk terjawab. Yang jelas, dinamika politik ini menunjukkan betapa pentingnya komunikasi dan kolaborasi antarpartai di masa depan, terutama dalam membangun Indonesia yang lebih baik di tengah perbedaan. (*)