Bravo 13
Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut Berpotensi Picu Gempa DahsyatDi balik ketenangan Indonesia, gempa besar mengintai. BMKG memperingatkan ancaman Megathrust di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut yang bisa terjadi kapan saja.
Oleh Handoko4 weeks ago
Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut Berpotensi Picu Gempa Dahsyat
Potret Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.(Istimewa)

BRAVO13.ID, Samarinda - Di balik ketenangan yang kita nikmati setiap hari, ada ancaman besar yang mengintai di kedalaman bumi, siap meletus kapan saja. Baru-baru ini, sebuah gempa berkekuatan 7,1 Skala Richter mengguncang Pulau Kyushu di Jepang pada Kamis, 8 Agustus 2024. Gempa ini tak hanya memporak-porandakan infrastruktur dan mengganggu kehidupan sehari-hari warga Jepang, tetapi juga memicu ketakutan yang terpendam di hati banyak orang, termasuk masyarakat Indonesia.

Pulau Kyushu, yang terletak di atas zona megathrust Nankai, adalah wilayah yang sangat rawan gempa. Zona ini membentang sepanjang 800 kilometer dari Shizouka, di barat Tokyo, hingga ke ujung selatan Pulau Kyushu. Energi besar yang terperangkap di dalamnya dapat dilepaskan kapan saja, memicu gempa yang lebih dahsyat dari yang baru saja terjadi. Ketakutan ini juga dirasakan para ilmuwan di Indonesia, yang memahami betapa rentannya negara ini terhadap gempa serupa.

"Kekhawatiran yang dirasakan ilmuwan Jepang terhadap Megathrust Nankai sama dengan yang dirasakan oleh ilmuwan Indonesia," ujar Daryono, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, dalam pernyataannya yang terbaru. "Khususnya terhadap Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut. Rilis gempa di dua segmen ini tinggal menunggu waktu."

Daryono menjelaskan bahwa kedua segmen megathrust di Indonesia, yang telah lama tidak melepaskan energi besar, kini berada di ambang gempa besar. Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut merupakan dua dari 13 segmen megathrust yang mengepung Indonesia, menjadikan negara ini salah satu wilayah paling rawan gempa di dunia. Dengan sejarah yang penuh dengan gempa besar, masyarakat Indonesia kini harus bersiap menghadapi ancaman yang mungkin datang tanpa peringatan.

Sebagai langkah antisipasi, BMKG telah memperkuat sistem pemantauan dan penyebaran informasi terkait gempa dan tsunami. Sistem InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System) telah dirancang untuk memodelkan dan memprediksi dampak gempa dengan cepat, memberikan waktu berharga bagi masyarakat untuk melakukan evakuasi jika diperlukan. Daryono meyakinkan bahwa dengan teknologi ini, BMKG dapat memberikan informasi real-time yang akurat, meminimalkan dampak yang mungkin ditimbulkan oleh bencana alam.

Namun, persiapan teknis saja tidak cukup. Ada kebutuhan mendesak untuk membangkitkan kesadaran publik akan pentingnya kesiapsiagaan. Meskipun ancaman gempa Megathrust sudah sering disampaikan oleh para ahli, respons dari masyarakat masih terbilang minim. Di Jepang, ketika peringatan gempa dikeluarkan, masyarakat dengan sigap melakukan persiapan darurat seperti panic buying dan evakuasi. Di Indonesia, sebaliknya, ancaman ini masih sering dianggap remeh.

"Rilis gempa di kedua segmen megathrust ini tinggal menunggu waktu," tegas Daryono. "Kita harus siap menghadapi kemungkinan yang bisa terjadi kapan saja."

Dalam beberapa pekan terakhir, Indonesia telah merasakan sejumlah gempa kecil yang mengguncang berbagai wilayah. Mulai dari gempa berkekuatan 3,4 di Sumatra Barat hingga gempa berkekuatan 5,5 di Maluku, semuanya mengingatkan betapa dinamisnya pergerakan tektonik di Indonesia. Meskipun BMKG memastikan bahwa gempa-gempa tersebut tidak terkait langsung dengan Megathrust Nankai yang baru-baru ini mengguncang Jepang, fakta bahwa gempa-gempa ini terjadi menunjukkan betapa rentannya wilayah kita.

Dr. Amien Widodo, seorang ahli geologi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), memperingatkan bahwa tujuh wilayah di Indonesia sangat berpotensi merasakan dampak langsung dari gempa Megathrust. Wilayah-wilayah ini mencakup pantai barat Sumatra, pantai selatan Jawa, dan pantai utara Papua, yang semuanya merupakan kawasan padat penduduk dan sangat rentan terhadap bencana.

"Masyarakat di wilayah-wilayah ini harus ekstra waspada dan mempersiapkan diri," kata Dr. Amien. "Langkah-langkah mitigasi bencana seperti membangun rumah yang tahan gempa dan memahami rute evakuasi sangat penting untuk mengurangi risiko."

Sementara itu, di dunia akademis, diskusi tentang potensi Megathrust dan tsunami terus berkembang. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa gempa Megathrust di wilayah seperti selatan Jawa Barat dan Sumatra dapat memicu tsunami dengan ketinggian hingga 34 meter. Ini adalah fakta yang menakutkan, mengingat sebagian besar kawasan pesisir Indonesia sangat padat penduduknya dan infrastruktur mitigasi bencana masih kurang memadai.

Namun, di tengah ancaman yang begitu besar, masih ada harapan. Teknologi terus berkembang, dan kesadaran akan pentingnya mitigasi bencana perlahan-lahan tumbuh. Daryono menekankan bahwa kesiapsiagaan adalah kunci utama dalam menghadapi ancaman gempa Megathrust. "Yang penting, kita semua harus siap," tutupnya. "Karena ketika alam berbicara, kita hanya bisa merespons sebaik mungkin untuk menyelamatkan diri dan orang-orang yang kita cintai."

Dengan segala ketidakpastian yang ada, satu hal yang jelas: gempa besar bisa terjadi kapan saja. Dan ketika itu terjadi, persiapan dan kewaspadaan adalah satu-satunya perisai yang kita miliki. Masyarakat Indonesia harus terus mengedukasi diri, memahami risiko, dan siap bertindak ketika bencana datang. Karena, pada akhirnya, keselamatan kita adalah tanggung jawab kita bersama. (*)

Dapatkan informasi dan insight pilihan bravo13.id

Berita Terkait