Bravo 13
Keheningan yang Berbicara, Khidmatnya Peringatan Hari Raya Nyepi di Desa EmbalutDi tengah keheningan yang menyelimuti Desa Embalut, Kutai Kartanegara, Hari Raya Nyepi tidak hanya menjadi momen introspeksi bagi umat Hindu, tetapi juga simbol toleransi dan kebersamaan antar warga.
Oleh Handoko6 months ago
Keheningan yang Berbicara, Khidmatnya Peringatan Hari Raya Nyepi di Desa Embalut
Canang sari, persembahan tradisional Hindu Bali, di pinggir jalan Desa Embalut, Kukar. (dok bravo13.id)

BRAVO13.ID, Tenggarong Seberang - Di tengah heningnya malam yang terbentang luas di Desa Embalut, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara, Minggu, 10 Maret 2024, sebuah keheningan yang berbeda menyelimuti. Bukan keheningan yang sunyi, melainkan keheningan yang khidmat, yang menandai permulaan Hari Raya Nyepi. Di desa ini, di mana harmoni antar umat beragama terjalin erat, Nyepi bukan hanya milik umat Hindu, tetapi menjadi momen bagi semua warga untuk merenung dan menyatu dengan keheningan alam semesta.

Sehari sebelumnya, suasana desa dipenuhi dengan kegembiraan dan kebersamaan. Pawai Ogoh-Ogoh, simbol dari hal-hal negatif yang harus dijauhkan, diarak mengelilingi desa dengan antusias. Wajah-wajah penuh ekspresi dari Ogoh-Ogoh yang dibawa, seakan menceritakan kisah-kisah yang ingin dilepaskan, agar esok hari yang baru dapat dimulai dengan lembaran yang bersih.

Kepala Desa Embalut, Yahya, dengan suara yang rendah namun penuh kehangatan, menyampaikan pesan kebersamaan. "Di hari yang suci ini, kita semua, tanpa memandang perbedaan, bersatu dalam keheningan dan refleksi diri," ucapnya di tengah kerumunan yang mendengarkan dengan seksama.

Ketika fajar menyingsing, Desa Embalut seolah bertransformasi. Jalan-jalan yang biasanya ramai, kini lengang. Tidak ada suara kendaraan, tidak ada teriakan pedagang, hanya sesekali terdengar suara alam yang menenangkan. Umat Hindu memulai Catur Brata Penyepian, empat pantangan yang dijalankan selama Nyepi, yang meliputi amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak menikmati hiburan).

Namun, di balik keheningan itu, ada kekuatan yang mengalir. Kekuatan dari komitmen bersama untuk menjaga keharmonisan dan toleransi. Di Desa Embalut, Nyepi menjadi simbol dari kebersamaan, dimana setiap individu, tanpa memandang agama, berpartisipasi dalam menciptakan suasana yang damai dan penuh penghormatan.

Ketika Nyepi berakhir, dan kehidupan desa kembali berdenyut, ada semangat baru yang terbangun. Semangat untuk memulai hari dengan hati yang lebih bersih, pikiran yang lebih jernih, dan komitmen yang lebih kuat untuk menjaga keharmonisan yang telah lama terjalin di Desa Embalut. Hari Raya Nyepi bukan hanya tentang keheningan, tetapi tentang refleksi, pemurnian, dan pembaharuan semangat untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. (adv)

Dapatkan informasi dan insight pilihan bravo13.id

Berita Terkait