BRAVO13.ID, Samarinda - Taufik Hidayat tidak pernah lelah memberikan masukan kepada atlet-atlet bulutangkis Indonesia, khususnya tunggal putra. Bagi mantan juara Olimpiade 2004 itu, kritik adalah hal yang wajar dan harus dihadapi dengan prestasi, bukan dengan baper.
“Kita ini netizen lho. Bebas-bebas saja. Dulu kita dikritik sama senior juga bodo amat, yang penting kita buktikan di lapangan,” ujar Taufik saat ditemui di Pelatnas PBSI, Cipayung.
Taufik mengaku sering kali mengkritisi penampilan tunggal putra Indonesia, seperti Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, dan Ihsan Maulana Mustofa. Menurutnya, mereka masih kurang konsisten dan sering bermain jelek di pertandingan-pertandingan penting.
Namun, Taufik tidak bermaksud menjelek-jelekkan mereka. Ia justru ingin mereka lebih kuat mental dan tidak mudah terpengaruh oleh komentar-komentar negatif, baik dari media maupun netizen.
“Kenapa? Satu. Dia harus kuat juga mentalnya. Cuma satu di lapangan, orang mau ngatain apa, dia punya prestasi, tak akan digubris,” tuturnya.
Taufik mengaku, ia juga pernah mengalami hal serupa saat masih aktif sebagai atlet. Ia bahkan sempat di-bully oleh seniornya saat masuk Pelatnas. Namun, ia tidak peduli dan malah membuktikan kemampuannya dengan meraih gelar-gelar bergengsi.
“Dulu saya masuk Pelatnas di-bully senior bodo amat. Begitu saya buktikan dengan prestasi, yang senior yang ada ciut sendiri. Sudah itu saja. Jangan baper (bawa perasaan), jangan jadi mental tempe, janganlah seperti itu. Kalau memang mau kuat ya hadapi saja, orang mau bicara apa, bodo amat. Apalagi netizen, ngapain bodo amat,” ungkapnya.
Taufik menyarankan agar tunggal putra Indonesia lebih fokus pada latihan dan pertandingan, dan tidak terlalu memperhatikan media sosial atau berita-berita yang berkaitan dengan mereka.
“Kalau enggak suka baca, enggak mau marah-marah, jangan main sosial media, enggak usah baca berita, biar latihan pertandingan saja. Jadi jangan seperti itu kepikiran, sayang benar,” pesannya.
Taufik berharap, kritik-kritik yang ia sampaikan bisa menjadi motivasi dan tantangan bagi tunggal putra Indonesia untuk meningkatkan kualitas permainan mereka. Ia juga mengajak netizen untuk memberikan dukungan dan solusi, bukan hanya hinaan dan celaan.
“Kita juga sama. Bedanya apa sekarang sama dulu? Sekarang sosmednya tambah banyak, kalau dulu kan orang mengkritik, baca koran dulu. Beli koran dulu di depan, baru baca, ‘oh benar mengkritik’,” ceritanya.
“Tapi ya sudahlah ngapain juga ditanggepin, saya harap anak-anak juga seperti itu. Sudahlah, orang mau mengkritik mau menghina seperti apapun buktikan sama prestasi saja.”
“Itu harus jadi satu motivasi dan tantangan untuk atlet-atlet ini untuk nih ‘saya perlihatkan kalau saya bisa, bahwa saya mampu’. Jadi jangan jadi baper. Marah boleh, kesel boleh, tapi jangan panjang. Kita enggak rugi, mereka yang rugi lagi. Kita juga sama dulu jadi atlet, ngapain marah-marah orang enggak kenal, rugi kita, mereka mah nonton doang.”
“Toh kita sama dengan di luar sana, bahasa anak sekarang kita ini kan netizen. Ya jadi bebas apa mereka ngomong apa, tapi begini netizennya olahraga. Maksudnya ngasih tahu juga yang memang bagus, ayolah kita sama-sama cari solusi juga,” pungkasnya. (*)