Bravo 13
Ketika Presiden Habibie Meresmikan Perumahan Bengkuring dalam Kepungan Ribuan AparatPresiden Habibie meresmikan perumahan relokasi warga bantaran sungai di Samarinda. Tanpa disadari, sekitar perumahan dijaga ribuan aparat yang bersembunyi di rawa.
Oleh Puji Tri2024-01-01 05:12:59
Ketika Presiden Habibie Meresmikan Perumahan Bengkuring dalam Kepungan Ribuan Aparat

BRAVO13.ID, Samarinda - Samarinda, 5 Agustus 1999. Suara baling-baling helikopter menggema di langit Kota Samarinda. Tiga helikopter terbang rendah di atas Sungai Karang Mumus. Salah satu helikopter kemudian mendarat di teras pasar Perumahan Bengkuring Tepian Permai. Dari pintu helikopter, turun seorang pria menggunakan peci dan berkacamata hitam. Dia adalah Bacharuddin Jusuf Habibie, Presiden Republik Indonesia.

Habibie datang ke Samarinda untuk meresmikan perumahan yang dibangun sebagai program relokasi permukiman warga bantaran sungai. Program ini merupakan bagian dari proyek pengendalian banjir Samarinda yang biayanya Rp240 miliar. Proyek ini bermula dari banjir besar yang melanda Samarinda pada 31 Juli-3 Agustus 1998. Banjir terbesar dalam sejarah Samarinda, yang menggenang 2.084 hektare dengan kedalaman 30 sentimeter hingga 3 meter. Korban terdampak lebih dari 100 ribu jiwa. Bandara Temindung beserta empat pesawat yang terparkir di landasan juga ikut terendam, seperti ditulis sejarawan asal Samarinda, Muhammad Sarip, dalam artikelnya yang berjudul "Habibie ke Samarinda Disambut Demo, Warga Tak Sadar Banyak Tentara dan Polisi di Rawa," yang dimuat di situs sejarahkaltim.com.

Habibie tidak sendirian. Dia ditemani istrinya, Hasri Ainun, dan sejumlah menteri, termasuk Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) AA Baramuli. Menhankam merangkap Panglima TNI, Jenderal Wiranto, juga hadir memastikan pengamanan. Rombongan Presiden didampingi Gubernur Kaltim kala itu, Suwarna Abdul Fatah.

Di tengah kerumunan warga yang menyambutnya dengan antusias, Habibie berjalan menuju podium yang telah disiapkan. Dia menyampaikan sambutan singkat dan memotong pita sebagai tanda peresmian perumahan. Habibie juga menyampaikan permohonan maaf karena setahun sebelumnya tidak sempat berkunjung ke Samarinda saat banjir melanda. Habibie kemudian berdialog dengan warga dan meninjau perumahan mereka.

Namun, tidak semua warga menyambut Habibie dengan baik. Sejumlah warga Blok D dan E berdemonstrasi di dekat lokasi peresmian. Mereka menuntut persamaan hak fasilitas air untuk semua blok perumahan. Sejumlah mahasiswa juga berdemonstrasi di jalur masuk perumahan. Substansi tuntutan mereka seputar reformasi dan otonomi daerah. Namun, aparat menghalau pengunjuk rasa dengan cepat dan aman.

Acara Presiden berjalan lancar tanpa gangguan berarti. Habibie juga melakukan peletakan batu pertama pembangunan Masjid Almuhajirin di Bengkuring. Pukul 14.45 Wita, rombongan kembali ke Sepinggan Balikpapan untuk melanjutkan kunjungan kerja ke Sulawesi Selatan.

Setelah kepulangan Habibie, baru lah hal menarik terungkap. Selepas Habibie dan rombongan meninggalkan kompleks perumahan, warga menyadari pengamanan superketat yang dilakukan aparat. Sekeliling perumahan yang sangat luas itu rupanya dikepung diam-diam anggota polisi dan TNI. Buktinya, setelah rombongan Presiden pulang, ratusan, bahkan ribuan aparat bermunculan dari balik pohon dan semak di sekitar kompleks.

Konon, sejak malam hingga selesai acara, polisi dan tentara sudah bersembunyi di semak dan rawa tersebut. Yang kemudian kompak keluar dari persembunyiannya begitu acara berakhir. Dalam sekejap, perumahan pun dipenuhi aparat dengan seragam berlumuran lumpur.

Warga merasa heran dan kaget melihat banyaknya aparat yang tiba-tiba muncul dari tempat-tempat yang tidak terduga. Mereka bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Apakah ada ancaman terorisme atau pemberontakan yang mengancam Presiden? Apakah Habibie tahu tentang keberadaan aparat yang bersembunyi di rawa? Apakah merupakan bentuk kecurigaan atau kehati-hatian dari pemerintah?

Ketika itu, situasi nasional memang sedang tak kondusif. Reformasi terjadi setahun sebelumnya. Dan selama Habibie menjabat presiden hingga kedatangannya ke Samarinda kala itu, tercatat delapan pengeboman terjadi di Indonesia dengan lokasi kejadian di tempat-tempat umum.

Maka, penjagaan ketat hari itu bisa sangat dimaklumi. Akhirnya semua bernapas lega karena kedatangan Presiden tak diwarnai insiden berarti. Kunjungan Habibie ke Samarinda pun menjadi salah satu momen sejarah yang tak terlupakan bagi warga Bengkuring. Momen ketika mereka menyaksikan Presiden dan ratusan aparat yang bersembunyidirawa-rawa. (*)

Dapatkan informasi dan insight pilihan bravo13.id

Berita Terkait